Skip to main content

Barantan Menjadi Barantin, Jadikan Karantina Indonesia Sejajar Australia Maupun Amerika

 Keputusan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menggabungkan Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan menjadi satu, sesuai amanah UU No. 21 tahun 2019, dinilai sangat tepat agar Pejabat Karantina dapat meningkatkan profesionalitas dan kompetensi, sehingga Karantina Indonesia akan sejajar dengan Karantina di Australia atau Amerika.

Ilustrasi Pengawasan Pejabat Karantina

Badan Karantina Indonesia (Barantin) merupakan gabungan dari Badan Karantina Pertanian, Badan Karantina Ikan dan Direktorat Pengawasan Satwa di BKSDA. Barantin akan bertanggungjawab langsung pada Presiden, sehingga amanah dan tanggungjawab yang diemban akan lebih besar dalam melindungi negeri dari masuk dan tersebarnya suatu hama penyakit hewan, ikan dan tumbuhan.

Guru Besar bidang Entomologi Fakultas Pertanian UGM, Andi Trisyono, mengatakan "jika dijalankan dengan baik sesuai dengan mandat yang ada ke depan bisa setara dengan lembaga perkarantinaan yang ada di Australia ataupun Amerika Serikat," Hal ini sesuai, karena badan ini mempunyai ruang lingkup tupoksi yang besar dan langsung bertanggung jawab kepada presiden. 

"Lembaga karantina yang sekarang membuka peluang bagi teman-teman di karantina berbenah diri serta mengembangkan karier dan profesionalitas dalam kerangka melindungi negeri dari bahaya penyakit hewan, hama penyakit tumbuhan (Organisme Pengganggu Tumbuhan), hama penyakit ikan," ujarnya, sebagaimana dikutip Republika, Selasa (22/8/2023).

Andi yang juga anggota Food and Agriculture Organization (FAO) Expert Panel on Pesticide Management mencontohkan hal yang memudahkan untuk membangun karantina ke depan merupakan salah satunya dengan meningkatkan kemampuan pejabat fungsional karantina. Hal ini untuk mendalami satu spesies Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang sudah ditetapkan dalam daftar OPTK, sehingga tidak berhenti sampai pada daftar saja, namun kemudian diikuti bagaimana perkembangan OPTK tersebut di negara lain dan seberapa besar risiko bagi Indonesia. 

Dengan cara tersebut akan ada banyak ahli yang sudah siap dengan pengetahuan dan mungkin pengalaman untuk mengantisipasi atau mencegah masuknya OPTK ke dalam wilayah Indonesia.

"Organisasi dunia seperti FAO juga banyak memerlukan orang-orang yang memiliki kompetensi spesifik seperti ahli hama penyakit tumbuhan, hewan, ikan. Saya berharap suatu saat dapat diisi dari teman teman karantina," ucapnya. 

Dia menilai akan terbuka juga peluang untuk menyusun dan mengusulkan International Standards for Phytosanitary Measures (ISPM) sesuai dengan konteks Indonesia serta terkait dan selaras dengan keamanan pangan, kesehatan, dan perdagangan dunia. Menurutnya, peran strategis Barantin kedepan harus menjadi lebih kuat sebagai negara berdaulat dalam kerangka pelaksanaan ketentuan SPS-WTO dalam perlindungan keselamatan, kesehatan manusia, hewan, ikan dan tumbuhan sekaligus sebagai economic tool perdagangan dunia yang sangat penting. 

"Kita tidak ingin menjadi negara yang ketergantungan produk impor, harus ada keseimbangan/balance bahkan menjadi negara pengekspor surplus berbagai produk pertanian dan turunannya ke berbagai negara," ucapnya.

Jadi kalau dilihat ruang lingkup dan peran perkarantinaan di tingkat nasional maupun internasional menjadi semakin besar. Ditambah dengan fenomena perubahan iklim dan pemanasan global maka masalah hama penyakit tumbuhan (OPT / OPTK), hama dan penyakit hewan, ikan juga akan mengalami perubahan dan adaptasi yang dinamis seluruh belahan dunia. 

Satu contoh kasus beberapa tahun yang lalu semua negara dihebohkan dengan merebaknya hama ulat Spodoptera frugiperda pada pertanaman jagung beberapa negara, sehingga FAO turun tangan bekerja sama dengan semua negara. Oleh karena itu, dia berharap Karantina lebih berperan aktif dalam pencegahan dan eradikasi dalam kawasan karantina jika terjadi wabah OPTK. 

Menurutnya, fenomena yang terjadi menuntut profesionalitas dan kompetensi yang semakin tinggi. Spesialisasi dan keahlian khusus di masing-masing bidang teknis akan menjadi dasar kuat untuk pengembangan Barantin ke depan. 

Kebijakan dan pengambilan keputusan perkarantinaan didasarkan pada justifikasi ilmiah sehingga orang-orang Barantin harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi, pengetahuan, dan ilmu terbaru. 

Adanya tantangan ke depan yang semakin berat, Andi berharap Barantin dipimpin oleh orang yang profesional, pejabat karir bukan politisi atau yang lainnya. 

“Memiliki pemahaman teknis karantina yang mumpuni, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang selalu update. Situasi dunia, ilmu pengetahuan terus berkembang. Kita tidak ingin karantina menjadi follower, tapi berharap karantina Indonesia semakin diperhitungkan dan menjadi trend setter percaturan dunia,” ucapnya.

Sumber : https://ekonomi.republika.co.id/berita/rzs4ty349/barantin-bentukan-jokowi-bisa-setara-lembaga-di-australia-dan-as-asal

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Animisme, Dinamisme, Politeisme, Monoteisme dan Henoteisme

Inilah Pengertian Animisme, Dinamisme, Politeisme, Monoteisme dan Henoteisme Dinamisme adalah kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Tujuan beragama pada dinamisme adalah untuk mengumpulkan kekuatan gaib atau mana (dalam bahasa ilmiah) sebanyak mungkin. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang beryawa maupun tidak bernyawa mempunyai roh. Tujuan beragama dalam Animisme adalah mengadakan hubungan baiik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Politeisme adalah kepercayaan kepada dewa-dewa. Tujuan beragama dalam politeisme bukan hanya memberi sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Henoteisme adalah paham tuhan nasional. Paham yang serupa terdapat dalam perkembangan keagamaan masyarakat yahudi. Monotheisme adalah faham yang meyakini Tuhan itu tunggal dan personal, yang sang...

Pastikan Sehat dan Bebas PMK, Karantina Periksa Sapi Prabowo

Jelang Iduladha, Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Karantina Kepri) melakukan siaga pengawasan lalu lintas hewan kurban di pelabuhan tempat masuknya hewan kurban. Sebanyak 12 ekor sapi asal Lampung Tengah diperiksa dan didisinfeksi saat tiba di Pelabuhan Penyeberangan Roro (ASDP) Tanjung Uban pada Kamis (22/5). Petugas Karantina disinfeksi hewan kurban di Pelabuhan Roro Tanjung Uban "Jelang Iduladha seluruh kekuatan yang dimiliki Karantina Kepri, termasuk di Satuan Pelayanan (Satpel) Tanjung Uban siap siaga melakukan pengawasan dan pelayanan terhadap lalu lintas hewan kurban. Memberi jaminan kesehatan terhadap hewan kurban merupakan output yang diharapkan masyarakat," ujar Herwintarti, Kepala Karantina Kepri. Pemeriksaan yang dilakukan petugas meliputi pemeriksaan dokumen persyaratan dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas di lapangan, sapi tidak menunjukkan gejala klinis Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) maupun Hama Penyakit Hewan Kar...

Jenis, Golongan Media Pembawa OPTK dan Contohnya

Organisme Pengganggu Tumbuhan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, yang dimaksud dengan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) adalah semua OPT yang ditetapkan oleh Badan Karantina Indonesia untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya didalam wilayah Negara Republik Indonesia.  Thrips OPTK dibagi atas dua kategori yaitu : 1. OPTK A1, adalah OPTK yang belum ada di wilayah Negara Republik Indonesia 2. OPTK A2, adalah OPTK yang keberadaannya sudah ada di beberapa wilayah Negara Republik Indonesia, yang penyebarannya dicegah ke area lainnya di wilayah Negara Republik Indonesia ( Deptan,2002). OPTK Golongan I adalah OPTK yang tidak dapat dibebaskan dari media pembawa dengan cara perlakuan. OPTK Golongan II adalah OPTK yang dapat dibebaskan dari media pembawa dengan cara perlakuan (Deptan, 2008). M...